Postingan

Teringat

Hari ini, aku teringat kembali pada rasa yang begitu dalam. Sudah hampir 1 tahun lamanya kita tidak berjumpa. Tidak saling bertegur sapa atau bercerita apalagi bergurau bersama. Tidak mudah ketika aku harus berteman dengan waktu yang mengikis harapan. Entah, aku dipermainkan oleh sebuah kebodohan ataukah imajinasi yang terlalu jauh dari kenyataan? Hari ini, aku teringat pada satu malam di bawah rintik hujan. Ketika kita berbincang hangat namun ada rasa takut akan kehilangan. Kau bercerita seolah itu sebuah pertanda. Aku hanya bisa mendengarkan dan berharap sebuah pilihan akan mengantarkanmu pada satu tempat yang kau inginkan. Hari itu adalah hari terakhir kita saling sapa. Aku tidak pernah tahu apakah kau menyimpan rasa yang sama atau tidak. Yang aku tahu, kau pergi bersama rintik hujan yang menghapus segala jejak, tetapi tidak di hatiku. Hujan hanya menyamarkan rasa sedih yang mendalam.  Aku membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melupakan. Tidak mudah, namun aku terus m

Bandung

Kala aku masih duduk di bangku SMA, Bandung adalah salah satu kota yang amat ingin kukunjungi. Maraknya tempat yang dikomersilkan menjadi destinasi pariwisata menambah daya tarik tersendiri. Entah, berapa kali aku ingin pergi ke sana. Namun, selalu saja ada alasan sehingga aku tidak bisa menyambangi Kota Kembang tersebut untuk sekedar liburan, misalnya. Dulu, tidak pernah terbesit sedikitpun bagiku untuk melanjutkan studi di sini. Ketika teman-teman mempunyai ambisi untuk melanjutkan kuliah di berbagai Perguruan Tinggi Negeri di Bandung, aku tidak. Tapi, Tuhan selalu mempunyai rencana yang tidak pernah kita ketahui. Aku yang ingin kuliah di Bogor, memutuskan untuk berganti haluan ketika SBMPTN. Bogor tidak masuk list, digantikan Bandung di posisi pertama. Dengan takdir-Nya, aku lolos di salah satu PTN di Bandung. Beberapa waktu setelahnya, untuk pertama kali aku menjadi 'Anak Rantau' di kota tersebut. Ya, aku tahu sebenarnya ini bukan kali pertama aku menginjakkan kaki di tanah

20 y.o

Tahun ini adalah tahun ke-20 bagiku, yang masih bertahan hidup di muka bumi. Aku tidak pernah ingat betul ketika pertama kali menghirup udara dunia, tepatnya udara panas khas kawasan di daerah Jakarta Timur. Ah, kalau dihitung-hitung, aku yang merupakan kelahiran tahun 1998 ini sudah tidak remaja lagi nyatanya. Sempat terlintas dipikiranku, “20 tahun? Gini-gini aja kayaknya. Ga ada perubahan.” Beberapa minggu yang lalu, aku tidak sengaja melihat NIP Bapak. Sewaktu kubaca dan kutelaah, “Loh bapa udah kerja dari umur 20 tahun?”. Aku yang tidak bisa menutupi rasa kaget sekaligus kagum pun bertanya ke Bapak. Berharap ada penjelasa lebih lanjut. Bapak mengangguk dan mengiyakan. “Wow keren juga ya bapa umur 20 tahun udah bisa kerja, PNS pula”, gumamku. Aku yang tahu kalau Bapak bukanlah lulusan dari jenjang pendidikan yang paling tinggi dan merupakan orang yang berasal dari kampung pun berdecak kagum. Tiba-tiba terdengar suara yang menimpali, “Kaka juga udah kerja dari umur 20 tahun

Gue = Aku

Gue adalah seorang anak perempuan keturunan Sunda (asli). Bapak Ibu gue lahir dan besar di salah satu daerah di Jawa Barat. Tapi, gue lahir dan besar di kota metropolis -yang didominasi oleh kebudayaan Betawi- karena pekerjaan Bapak gue waktu itu yang menuntut beliau dan keluarga untuk migrasi dari kampung halaman. Walau kedua orang tua gue berdarah Sunda, bukan berarti gue lancar berbahasa Sunda. Terkadang gue suka malu kalo diajak ngobrol orang di kampung halaman dengan menggunakan bahasa Sunda, karena gue hanya bisa menjawab seadanya dengan bahasa Indonesia. Gue terkadang mengerti apa yang mereka katakan, namun gue ga pernah bisa membalas obrolan mereka. Sebatas mengerti, namun tak bisa menanggapi.  Untungnya, sodara gue paham dengan kondisi. Mereka terbiasa menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan gue. Walau ‘kagok’ menurut versi mereka. Bukan bermaksud  stereotype,  memang orang Sunda terkenal dengan keramah-tamahan dan kesopanannya. Hal ini gue rasain ketika kuli

Be Brave or Never Try

Kamis lalu gue memutuskan untuk  apply  internship di ruangguru. Awalnya gue ragu, tapi gue putuskan untuk mencoba. Lebih baik mencoba, daripada tidak sama sekali. Setidaknya diri ini sudah berani berusaha. Entah apa yang akan Allah takdirkan. Semoga harapan akan berganti dengan kenyataan. Tapi, aku mengerti bahwa kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan. Jika menurut aku baik, belum tentu menurut Allah baik. Jadi, aku hanya bisa memasrahkan kepada-Nya setelah ikhtiar dan do’a. Biar kuasa-Nya yang berandil. Awal gue tau kalo ruangguru buka program internship adalah ketika gue ngestalk akun CEO ruangguru (@belvadevara).  Pada satu waktu, gue ga sengaja liat postingan kak Belva mengenai internship program ruangguru. Tapi  first comment  gue waktu itu adalah “Ah sayang banget, programnya udah lewat.” Setelah itu, gue hanya bisa berandai kalo program internship akan dibuka lagi tahun ini. Suatu ketika, seorang teman mengirim pesan ke gue. “Din kalo punya info  part-time  kasih

Masa SMA

Gambar
Masa SMA adalah masa yang paling indah, sulit dilupakan, dan penuh kenangan", begitu kata kebanyakan orang. Gue masuk SMA tahun 2013. SMA Negeri yang ga jauh dari rumah gue tetep menjadi pilihan utama. Alih-alih gue mencari SMA yang bergengsi, tetep aja gue milih yang deket daripada yang jauh. "Toh di manapun tempatnya, yang penting sekolah", pikir gue waktu itu. Masa SMA gue dilewati dengan penuh drama. Salah satunya, gue pernah jatoh dari motor (gara-gara ngebut cuma karena takut telat pas lagi pekan ulangan) dan ngerem mendadak karena ada kerumunan sapi di jalan yang biasa gue lewatin menuju sekolah. Untungnya, seorang ibu, sapi-sapi di depan gue, beserta motor kesayangan  ga kenapa-kenapa. Sedihnya, gue yang jadi kenapa-kenapa. Sepatu gue bolong, badan gue memar-memar. Yang penting: semua aman. Selain dimarahin guru, ga ngerjain pr, dan masalah-masalah sama temen, pasti ada hal yang lebih menyentil, yaitu 'Cinta'. Ah, di umur segitu tau apa sih gue

Resensi : Karya Satra Jawa

Identitas Buku Judul Buku           : Babad Tanah Jawa [Dari Nabi Adam Hingga Mataram Islam] Penulis                : Sri Wintala Achmad Editor                   : Pendar Langit Timur Koreksi Aksara    : Laila Nur Aisyah Penerbit                : Araska                               Pinang Merah Residence Kav.14                               Jl. Imogiri Barat – Bantul – Yogyakarta Cetakan                : Cetakan I, September 2013 Kota Terbit           : Yogyakarta Ukuran Buku       : 13,5 x 20,5 cm Jumlah Halaman : 252 halaman Jumlah Bab          : 88 bab ISBN                    : 978 – 602 – 7934 – 94 – 8             Babad Tanah Jawa merupakan naskah kuno yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Jawa dalam bentuk rangkaian tembang macapat. Karya sastra sejarah Babad Tanah Jawa ditulis oleh seorang pujangga kerajaan yang statusnya merupakan pujangga raja. Isi babad berupa kumpulan sejarah di Jawa yang dibagi kedalam beberapa bagian.             “Jangan kab